Diskusi Pasca Kampus
Bersama Kang Ucup
Rabu, 30 November 2016
Pada malam itu, kami berlanjut dengan kegiatan rutin kami yaitu Diskusi
Pasca Kampus, dan kali ini pengisinya adalah Kang Ridwansyah Yusuf Ahmad, atau
akrab disapa Uda Yusuf. Beliau adalah seorang mantan G1 dan Presiden-KM ITB.
Ketika melanjutkan studi di belanda, iapun sempat mengemban amanah sebagai
Ketua Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Belanda. Berbagai amanah yang
diembannya tentu bukan tanpa tujuan dan maksud, tiap langkahnya ia susun dengan
baik dan melalui pertimbangan yang tidak mudah.
“80% lulusan ITB yang baru lulus nggak tau harus kemana.” begitu
tuturnya sembari duduk akrab bersama kami ketika sebelumnya menolak untuk
menduduki kursi yang telah disediakan. Beliau kemudian melanjutkan dengan
memberikan beberapa kisah mengenai potensi Indonesia yang sesungguhnya masih
sangat besar. Indonesia sedang berada dibawah. Dahulu ketika Belanda berkuasa
atas sebagian besar nusantara, belanda telah menjadi sebuah “peradaban” diatas
Indonesia. Sekian lama ia menjajah dan melucuti hak kekayaan pribumi tanpa ada
perlawanana berarti. Rupanya, keberhasilan Belanda atas Indonesia itu tidak
hadir begitu saja. Dahulu, diawali seorang Snouck Hurgronje, ia adalah seorang
ahli budaya asal Belanda yang fasih bebahasa arab dan memiliki pemahaman yang
baik pada islam dan budayanya. Ia kemudian dikirim ke Indonesia untuk meneliti
lebih lanjut bagaimana kehidupan dan keberlangsungan di sana. Dia menjadi
seorang penasihat untuk urusan adat dan mengelola beberapa permasalahan yang
ada. Selama di Indonesia, atau Aceh lebih lamanya, dia telah mengirimkan banyak
sekali tulisan mengenai bagaimana sifat masyarakat hindia belanda, sampai
akhirnya belanda memahami betul bagaimana bertindak terhadap sifat masyaraka adat
yang berbeda dari daerah yang berbeda.
“Peradaban tidak tiba-tiba datang pada ‘momentum’ yang pas, ia dibentuk.”
Uda
Yusuf seorang staff ahli dari Wali Kota Bandung Pak Ridwan Kamil ini,
melanjutkan dengan menceritakan keberhasilan dan kemajuan Tiongkok dan India
dalam memajukan negaranya. Tiongkok yang menjadi Negara dengan GDP tertinggi,
menjadi tender PLTN di Negara-negara eropa, serta India yang profesornya sudah
tersebar luas di universitas terkemuka dunia, serta lulusannya banyak yang
menjadi CEO hebat. Beberapa negara ini telah berhasil menyiapkan
“investasi”-nya semenjak tahun 1980an, sampai akhirnya mereka bisa memetik
hasilnya sekarang. Beberapa kesuksesan itu ditunjang oleh keberhasilan mereka
dalam mengelola “baby booming”. Amerika mendapat bonus “baby boom” pada masa
perang dunia II, India dan Tiongkok pada tahun 1980an. Indonesia di prediksi
akan mengalami bonus ini pada tahun 2028.
“Yang memiliki Baby-Booming akan menguasai dunia!”
Tentu tidak asal saja kalimat itu keluar dari mulutnya, Kang Ucup adalah
seorang sarjana teknik Urban Planning ITB dan Master of Arts (M.A.),
Governance, Policy, and Political Economy dari Erasmus University of Rotterdam,
Ia mengamati dari beberapa trend dunia yang pernah terjadi. Berangkat dari
sana, timbul rasa optimisnya akan posisi Indonesia kelak. Tentu itu semua tidak
akan hadir begitu saja, ia melanjutkan dengan mengatakan perlunya Indonesia
menyiapkan pemudanya untuk bisa menjadi agen perubahan kelak. Karena kelak para
remaja sekaranglah yang akan mengembangkan sayap nusantara ke seantero dunia.
“Harus mulai direncanakan.”
Sebelum
penutupan, dia sempat menuturkan untuk terus mengejar ilmu. Jangan batasi diri
dengan hanya mempelajari keahlian tertentu. Milikilah wawasan dan keilmuan yang
luas. Kuasailah 4 ilmu ini :
1. Hardskill : Ini kelak akan menjadi ujung
tombak kita, menjadi brand seseorang.
2. Agama : Tak pernah salah memiliki berbagai
keilmuan, dan tak boleh luput keagmaan sebagai dasar fondasi.
3.
Geografi dan Sosiologi : Softskill dan Public Speaking.
4.
Ilmu Sejarah : Sejarang berulang itu adalah suatu keniscayaan.
Terakhir ia menceritakan bahwa islam itu dasarnya rahmatan lil ‘alamiin.
Islam mampu menjadi dasar dan memajukan
peradaban-peradaban dunia. Islam punya kaitan yang erat dengan Pemuda, yaitu
mendunia. Maka telah lama menjadi tugas pemuda untuk bergerak dan menduniakannya.
Dan ditutup dengan taglinenya dulu semasa
menjadi presiden-KM.
“Mari buat Indonesia Tersenyum!”