Masih terngiang di benak kita gelora semangat seorang mantan presiden kita, bapak Ir. Soekarno dengan kata-katanya yang melegenda "Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia". Betapa dahsyat visi yang ia berikan, pesan yang demikian sarat akan makna, dan tentunya bukan keluar dari omong kosong belaka, tapi dari fikiran seorang intelektual yang telah memiliki demikian banyak pengalaman.

/ma·ha·sis·wa/ n orang yang belajar di perguruan tinggi;

Mahasiswa ibarat pucuk-pucuk terbaik tanaman yang siap menjadi penerus perjuangan, menciptakan cabang-cabang baru, meninggi, merekah.

Dewasa ini, globalisasi semakin gencar masuk, adat dan budaya barat, korea, jepang datang deras membanjiri bak air bah yang tak terbendung. Seolah tak mungkin dibatasi dan justru aneh jika ditangkal, kita akan dikatai "kuper". Tak hanya budaya dan "entertainment" saja, lapangan pekerjaan, tempat tinggal, sektor ekonomi seperti memanggil-manggil minta didatangi. Siapa coba yang tidak mau menyandang predikat "bekerja di perusahaan luar negeri", menjadi seutuhnya penduduk global (global citizen). Alhasil, lahir pulalah banyak pemimpi besar yang hanya berkiblat pada cita-cita di luar negeri. Dan justru disayangkan, karena tak jarang ketika ditanya hendak berkontribusikah untuk negeri, dan jika iya apa? maka justru bingung hendak menjawab apa, atau dengan mudah melempar jawaban sudah pusing karena banyaknya masalah yang berseliwiran di negeri ini.

Kampus dan dunia akademi pun tak jarang malah menghantarkan suatu pesan tersirat yang selaras dengan fenomena itu. Kurikulum yang diperketat, waktu belajar yang dibatasi (kalau tidak, mahasiswa akan di Drop Out) justru kian membatasi ruang gerak mahasiswa. Membatasi ruang gerak dan ruang belajar para pucuk muda ini. Dalam hal ini, belajar yang dimaksud tidak terbatas pada kemampuan formal, hard skill dan kurikulum akademik, tapi pembelajaran sesungguhnya yang mana akan banyak melibatkan soft skill, pengembangan daya kritis nalar, serta kemampuan untuk hidup sebagai warga negara dan warga dunia.

Mudah-mudahan saja P.T. masih sepenuhnya dimaknai dan dihayati baik oleh para pembelajarnya dan juga stakeholder yang menghidupinya sebagai Perguruan Tinggi, dan bukan Perseroan Terbatas. Tentunya dalam menghidupkan hal itu, butuh inisiatif dan peran mahasiswa untuk kian menggali dan memperluas wawasannya. Memahami sejarah dan menilik semangat yang pernah dimiliki para pendahulu negeri. Karena 10 pemuda yang diinginkan soekarno bukanlah mereka yang diam ditempat, mengikuti arus, terombang-ambing. Tapi mereka adalah 10 pemuda yang memiliki visi dan cita-cita hebat, serta punya semangat dan ambisi besar untuk mewujudkannya.
Powered by Blogger.