Masa internalisasi adalah masanya penanaman nilai dan pola pikir. Disini kami dituntut untuk berfikir layaknya para pemikir hebat. Para aktifis dan penggerak bangsa yang nampaknya sangat sedikit tidur. Mereka banyak berfikir, diskusi dan berinisiatif. Kearah sanalah aku merasa diri ini sedang dibina. Di masa inilah kita akan diulang-ulang pada rutinitas yang jika tanpa kesungguhan dan niatan baik dalam menjalankannya, akan terasa semakin hambar dan abu-abu. Tapi dengan tekad dan kesungguhan, ini adalah masanya berfikir dan beramal yang baik dan bisa dibilang “relatif mudah”. Kenapa mudah? Karena pada masa ini kita masih “disuapi”. Dibaik-baiki dan diperhatikan full oleh pembina. Kami betul beruntung dimana justru banyak alumnis RK lain yang berusaha mencari-cari untuk kembali dibina pada masa ini. Pada saat inilah kita betul-betul menurut dan lebih mendalam dalam berfikir. Memahami makna dari setiap tindakan dan suruhan.
Di asrama kali ini, jujur saja aku juga masih kurang sepenuh diri menghidupinya. Masih tersisa mindset dan bodyset bahwa kuliah malam, berangkat pagi, dan rumah (baca:asrama) memang untuk numpang tidur saja. Kurang lebih seperti itulah pola pikir yang terbentuk pada diriku semenjak dua tahun terakhir saat pindah ke Bogor. Kini tak bisa begitu saja, nampaknya harus kukembalikan mindset 3 tahun di asrama SIN, Sekolah Indonesia Nederland. Asrama yang telah banyak mengajariku, dan bahkan menjadi titik balik diri. Ceritanya bagaimana? Itu untuk lain waktu.
Rasanya beberapa saja kekurangan yang bisa kuangkat dari kerberjalanan asrama. Kurang serius menjalani programm pembinaan, banyak yang tidur; Suasana sosial asrama yang masih kurang nyaman. Kurang dekat, kurang sering bercengkrana, bercerita, atau “main” bareng; Banyak masalah yang tidak terselesaikan dan tidak tersampaikan; Belum adanya koordinasi yang baik; Kurangnya valuasi, terlalu sering evaluasi.
Yap, dari beberapa poin diatas, diambil garis besar masalah ada pada inisiatif kami yang masih kurang dalam menjalani program dan kehidupan di asrama. Barangkali hal ini disebabkan kami yg mindsetnya masih belum sepenuhnya merasa memiliki asrama itu. Kami yang masih merasa seolah-olah asrama adalah sekedar tempat tinggal –dalam artian, tinggal lalu mendapatkan pelayanan dan kenyamanan- padahal seharusnya tak demikian. Kami di asrama untuk dibina. Digembleng dan berjuang. Belajar dan terus belajar. Mengajari dan berkarya. Atau dari yang paling sederjana saja, menjaga kamar tetap rapi bersih, begitupun seluruh ruangan lainnya. Bukankah menjaga kenyamanan dan kehidupan teman seasrama akan melatih kita menjaga kenyamanan dan ketentraman negara. Bukankah pekanya kita pada teman yang sakit kelak akan menjadikan kita pemimpin negara yang senantiasa memperhatikan rakyat kecilnya diujung pelosok sana. Tapi... sudahlah. Rasanya itu terlalu jauh, bukan dalam artian tidak baik, namun barangkali hal seperti itu tak bisa serta-merta ditangkap akal dan dipahami atau diinternalisasi secara cepat.
Masalah lain yang timbul dari rendahnya inisiatif ini barangkali adalah jarangnya kita berkumpul dan bercengkrama bersama. Semua nyaman dan sibuk dengan kesibukannya masing-masing.
Tapi, toh ini baru 2 bulan pertama? Tidak. 1,75 bulan pertama. Masih ada waktu dan kami pasti bisa menjadi lebih baik dari ini. Kita harus berubah, dan akan kucoba mulai dari diri sendiri.
~wallahualam

-Roy

National Leadership Camp adalah ajang pelatihan intensif pertama bagi peserta Rumah Kepemimpinan angkatan 8. Kegiatan ini adalah pelatihan akbar dimana seluruh 270an peserta dari seluruh Indonesia diwajibkan hadir dan mengikuti rangkaiannya secara penuh. NLC diadakan oleh RK dalam rangka memacu semangat dan memanaskan mesin mesin para calon penerus peradaban. Kegiatan ini berlangsung selama 5 hari, yaitu dari tanggal 1 sampai 6 agustus 2016. Kegiatan ini diadakan di Depok.

Salah satu kegiatan yang berada di dalamnya adalah Dialog Tokoh bersama Tokoh-tokoh nasional, seperti Sandiaga Uno, Sudirman Said Mantan Menteri ESDM (2014-2016), Major (Purn.) Yoyok Riyo. Tak hanya tokoh nasional, diundang juga alumni-amuni yang sudah sukses menggeluti bidangnya masing-masing seperti kang Abdul Rahmat (ketua BEM Fakultas di UI yang sukses menjadi peneliti dan wirausahawan), Dalu Nuzul Kirom (Pencetus gerakan melukis Harapan, Dolly), Achmad Zaky (Founder dan CEO Bukalapak.com), serta masih banyak lagi. Kegiatan NLC ini bisa dibilang cukup padat, karena dalam satu hari, bisa diadakan 2-3 pembicara yang sudah memakan kurang lebih 3 jam ditambah agenda pelatihan lainnya seperti Apel pagi, pelatihan baris-berbaris sampai pada puncak acara berupa games team-work menyusun puzzle peta Indonesia. Pada kesempatan ini, saya ingin meng-highlight salah satu pembicara yang sangat inspiratif, yaitu Bapak Sandiaga Uno.

sumber : http://www.aktualita.co/
Sandiaga Uno adalah seorang wirusahawan besar di Indonesia. Dia adalah salah satu yang memberikan modal dan pengajaran pada kemajuan beberapa startup terkenal di Indonesia. Beberapa diantaranya adalah Bukalapak.com, Gojek, Hijup dan lain sebagainya. Dia sempat menceritakan pengalamannya mengisi NLC beberapa tahun lalu. Saat itu ada seorang peserta yang duduk di saf ketiga dari depan. Peserta itu begitu antusias mendengarkan segala hal yang disampakan oleh bapak Sandiaga Uno, sampai pada akhir acara, peserta itu berinisiatif dan memberanikan diri untuk menghadap Bapak Sandiaga Uno. Ketika itu, ia meminta untuk bisa berguru dan menjadi binaan Bapak Sandiaga, yaitu menjadikannya mentor. Peserta itu adalah seorang mahasiswa Bandung bernama Achmad Zaky, yang kini lebih dikenal sebagai pendiri Bukalapak.com.

“Hidup bagi kebanyakan orang penuh dengan pilihan dan bergantung bagaimana kita pandai menyikapi dan pintar dalam memilih.”

Kurang lebih begitu tuturnya di awal sesinya. Ia menjelaskan bahwa yang demikian Itu adalah persepsi yang dianut oleh kebanyakan orang sekarang, dan sayang sekali paradigma mereka itu sebenarnya salah. Hidup itu bukanlah suatu jalan dengan banyak cabang dan pilihan, hidup ini hanyalah satu jalan yang berliku nan terjal. Sesungguhnya kita tak memilih untuk hidup sebagai apa, tapi kita diberikan pilihan untuk sepenuhnya menghidupi kehidupan kita. Apakah seseorang bisa terus istiqomah dan maksimal dan melaksanakan perjalanannya, adalah tantangan bagi tiap-tiap insan.

“Saya jamin, anda akan gagal, tapi anda harus mau bangkit lagi.”
Bonus Demografi akan menjadi salah satu keunggulan terbesar dari Negara besar kita, Indonesia. Dengan kekayaan sumber daya manusia serta keunggulan angka kelahiran, kita diramalkan akan menjadi salah satu Negara pemegang keberlangsungan kehidupan global dalam 50 tahun kedepan. Menurut Bapak Uno, kuncinya adalah revolusi industri. Semua anak muda harus melek teknologi digital, karena ia akan menjadi pilar dan sumber kekuatan bagi mereka. Minimal bisa pandai dalam menyortir berita dan ilmu yang masuk dari derasnya arus informasi kelak. Tambah lagi, trend dan perekonomian zaman ini sudah banyak dipegang oleh para pakar dunia cyber. Bagaimana tidak, penyebar informasi terbesar sudah bukan lagi para pelapak koran atau perusahaan majalah, melainkan media-media sosial yang sudah punya jutaan pengguna. Perusahaan Hotel terbesar saat ini adalah Perusahaan Hotel yang bahkan tak punya satupun kamar hotel, yaitu RB ’n B. Perusahaan taxi terbesar bahkan tak punya taxi sendiri, itulah UBER. Kedepannya, kelak akan berkembang pengobatan tepat guna yang spesifik untuk ‘tiap orangnya. Tidak lagi mengandalkan obat segala umat dari apotek. Juga kelak dalam pemenuhan kebutuhan donor organ, cukup dengan teknologi 3D printing dan lain sebagainya. Dunia teknologi sudah jauh berkembang dan akan terus demikian. Jika kita tak lagi berusaha mulai lari dari sekarang, barangkali bonus demografi nanti hanya akan menjadi penyumbang bagi buruh-buruh internasional yang kelak akan dikirim ke seluruh dunia. Bukan pemuka-pemuka perusahaan dan pemimpin dunia yang mampu menentukan keputusan dan kian memajukan negara Indonesia.

“Siap jadi decision maker?”

Itu artinya punya tekad yang kuat, dan berani. Berani dalam mengambil keputusan, sesulit apapun itu. Lebih baik salah dalam mengambil keputusan daripada tidak mengambilnya sama sekali. Kita akan belajar dari kesalahan itu, bangkit dan terus berkembang, berpacu.

“Never stop learning.”

Kembangkanlah diri, dan perluas wawasan. “Saya selalu sempatkan waktu untuk membaca” tutur beliau. Bahkan dibalik padatnya aktifitas dan besarnya amanah-amanah yang diemban, membaca tetap menjadi suatu kebutuhan dan prioiritas baginya. Milikilah ambisi dan komitmen untuk mencapai tujuan.

“Biasakan evaluasi diri.”

Di tempat lain, banyak orang yang sudah tidak mau mengembangkan dirinya lagi. Mereka merasa sudah bisa dan tak perlu lagi ada yang diperbaiki. Pemimpin tidak boleh arogan, mereka harus senantiasa humble. Karena sesungguhnya pemimpin itu tidak sukses karena dirinya, tapi karena timnya. “Kalo gagal itu salah dirinya, tapi kalo sukses itu karena timnya”.

“Dalam bekerja terapkanlah Etos 4 AS”
1. Kerja Keras
2. Kerja Cerdas

3. 
Kerja Tuntas
4. 
Kerja Ikhlas

Berikut penjabarannya,

Dalam segala urusan dalam kehidupan, telah banyak sekali nikmat, dan kemudahan yang diberikan Allah, baik secara langsung maupun melalui peranatra orang lain. Maka dari sana seudah sepantasnya kita sadari segala karunia itu. Peganglah pola pikir untuk senantiasa ingin dalam mengembalikan segala apa yang telah didapatkan, maka Kerja Keras akan lahir. Dalam mengurus segala pekerjaan dan tugas, tentunya ada berbagai cara penyelesaian dan media yang dapat digunakan. Ada pilihan yang dapat menyelesaikannya secara cepat dan ringkas, ada juga cara yang membutuhkan ketekunan lebih dan juga kesabaran dalam melaksanakannya, maka kita dituntut untuk be-Kerja Cerdas. Pintar dan cerdik, senantiasa kreatif dalam mencari penyelesaian masalah. Pun jika kita sudah berusaha keras dan cerdas, namun berhenti ditengah jalan, tak akan terlahir yang namanya karya. Karya adalah buah dari kerja yang Keras, Cerdas dan juga memenuhi parameter selesai, maka dari itu kita harus selalu menggalakkan Kerja Tuntas. Terakhir tapi tidak kalah penting adalah penyikapan hati dalam menjalankan semua hal diatas. Bekerja adalah ibadah jika diawali dengan niat, dan dijalani dengan ikhlas. Maka aspek terakhir dalam bekerja adalah Kerja Ikhlas.

        “Dalam membangun jiwa kepemimpinan, pasti ada naik dan turunnya.” Demikian adalah jawaban Bapak Sandiaga ketika salah seorang peserta menanyakan mengenai cara mengatasi jiwa kepemimpinan yang labil dan terus naik turun. Beliau memberikan kunci yaitu 2S. Sabar dan Syukur. Sabar, dan tetap berusaha sekeras mungkin. Dikala segala urusan terasa demikian berat dan kacau, toh kita tak pernah sendiri menjalaninya. Ingatkah kita bahwa Allah ada dan selalu ada, begitu dekat, bahkan dari urat nadi sekalipun. Cukuplah kita serahkan segalanya pada Allah, memohon kekuatan dan kelancaran, tinggal lah kita maksimalkan usaha dan ikhtiar. Syukur, dan tetap rendahkan hati, tundukkan ia dari sombong dan riya’. Syukur adalah sumber dari segala kebahagiaan, dan mata air yang seolah akan makin deras dikala kita ambil air dan manfaatnya. Mata air penuh keberkahan dan nikmat, yang juga membatasi diri untuk tidak berlebih-lebihan.


        Terakhir, Bapak Sandiaga menutup dengan menjawab pertanyaan mengenai Startup dan cara menarik permodalannya diawal. Ia menuturkan bahwa kuncinya ada pada kretifitas dan orisinalitas ide. Startup adalah bisnis uang menjawab tantangan sosial yang ada. Maka seberapa berhasil kita menjawab tantangan sosial itu, semakin maju juga startup kita. Bandingkan juga dengan salah satu startup paling nge-trend yang ada sekarang, bukalapak.com. Ketika dulu awal membina Achmad Zaky dalam pengembangan Startupnya, Achmad Zaky menjelaskan bahwa tujuan dari startupnya adalah keinginannya menggunakan data untuk memberdayakan UMKM. Maka berangkat dari sana, tetaplah fokus dan miliki tujuan mendasar dari pembuatan startup itu sendiri. Arahkan segala pergerakan dan tindakan pada pemenuhan tujuan utama itu, dan sisanya akan berdatangan seiring dengan seriusnya kita menjalaninya.
Powered by Blogger.